ANALISIS KETERAMPILAN WIRAUSAHA ‘UTSMAN BIN AFFAN


ANALISIS KETERAMPILAN WIRAUSAHA ‘UTSMAN BIN AFFAN

A.
Biografi Singkat
Utsman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin.
saja malu kepadanya?”
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah  ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad  untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka'bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah  memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat wali kota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 950 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin AufSa’ad bin Abi WaqasZubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
Ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan Masjid al-Haram Mekkah dan Masjid Nabawi Madinah karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan beberapa daerah kecil yang berada disekitar perbatasan seperti SyiriaAfrika UtaraPersiaKhurasanPalestinaSiprusRodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah.

B. Kunci Berwirausaha ‘Utsman Bin Affan
1. Jiwa Kemandirian
Kunci sukses perdagangan beliau dimulai dari jiwa kemandirian yang luar biasa. Mereka tidak bertopang dan menggantungkan diri kepada orang lain.
2. Senantiasa Mengingat Allah dan Taat Beribadah
Meskipun kesibukan dan aktivitas dagang yang luar biasa, beliau tidak lalai dengan kewajiban ibadah dan dzikrullah. Beliau semua dalam kondisi ruhiyah yang tangguh, tidak mudah tergoda dengan peluang-peluang dan tawaran duniawi yang berkelebat di depan mata.
Beliau meyakini sepenuhnya bahwa kunci kesuksesan berdagang, sebagian besar karena memperbanyak dzikrullah dalam setiap aktivitas dagangnya. Mereka mengingat dan memahami betul panduan bisnis Qurani, Allah berfirman: “Dan ingatlah Allah banyak-banyak supanya kamu beruntung.” (QS. Al-Jum’at: 10).
3. Pekerja Keras, Mengawali Aktivitas Dagang Sepagi Mungkin
‘Utsman meyakini bahwa keberkahan ada di waktu pagi hari. Karenanya ia senantiasa memulai aktivitasnya di awal pagi, saat tubuh giat dan bersemangat. Rasulullah berdo’a dalam sabdanya: “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi harinya.” Beliau juga senatiasa mengirim pasukan di awal pagi sebagai awal kesuksesan.
4. Jujur dalam Berdagang
            Kejujuran adalah kunci utama kesuksesan dalam berdagang. Rasulullah SAW dalam hal ini senantiasa memandu dan mengawasi mereka dalam menjalankan aktifitas perdagangan. Tak jarang beliau langsung turun melakukan inspeksi pasar untuk mengecek ketersediaan dan kualitas barang. Beliau pun segera menegur saat ada sahabat yang mencoba berlaku curang menyembunyikan cacat barang dagangan yang dimilikinya. Bukan hanya Rasulullah SAW, bahkan Al-Quran pun turun memberikan panduan dalam perdagangan secara umum.
5. Tidak mengambil banyak Untung
Salah satu yang membuat tertarik pembeli adalah barang yang murah. ‘Utsman mengetahui persis hal ini dan menjadikan sebagai strategi inti dalam perdagangannya.
6. Memperluas Wilayah Pemasaran
Sejak dulu para sahabat termasuk Utsman tidak berkutat di Madinah dalam menjalankan aktifitas dagangnya. Bahkan kebiasaan Qurays di Mekkah pun sejak jaman jahiliyah adalah melakukan perjalanan dagang ekspor impor dua kali dalam setiap tahunnya, yaitu ke Yaman dan Syam. Begitu pula para sahabat usahawan di Madinah, mereka meyakini sepenuhnya bahwa rejeki Allah tersebar di bumi yang luas ini. Karenanya, bidang ekspor dan impor sejak awal telah mereka garap dengan serius dan mengantarkan kesuksesan mereka dalam berdagang. Inspirasi qurani yang senantiasa mereka ambil adalah : “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya” (QS Al Mulk 15)
7. Saling bersinergi dan bekerja sama antar usahawan
Kunci sukses sahabat dalam bisnis berikutnya adalah memelihara lingkungan yang kondusif dalam berbisnis. Mereka tidak mengenal istilah kongkalingkong, sikut kanan dan sikut kiri dalam berbisnis, tapi justru sebaliknya tercipta kerja sama dalam saling sinergi yang sangat positif untuk mengembangkan bisnis. Rasulullah SAW sejak awal telah berperan besar dalam menciptakan kelangsungan pasar yang sehat di Madinah. Beliau memberlakukan sekian aturan kompetisi yang sehat dan dinamis, antara lain larangan bagi penjual untuk menawarkan dagangan kepada buyer yang telah menawar dagangan penjual lain. Begitu pula larangan monopoli perdagangan dengan melakukan upaya penimbunan barang langka agar bisa segera naik harganya saat hilang di pasaran. Semua aturan ini tanpa disadari menjadikan iklim usaha di Madinah begitu kondusif dan dinamis.
8. Menjalankan Corporate Sosial Responsibility dengan tangguh
Inilah kunci kesuksesan akhir yang begitu tergambar di hadapan kita. Para usahawan dari golongan sahabat tidak hanya berdagang untuk diri sendiri, tapi juga menjalankan kewajiban berbagi dan mensukseskan program-program positif pemerintah.

C. Prestasi Dalam Berwirausaha
Ustman bin Affan Ra adalah Khalifah III sepeninggal Nabi Muhammad Saw. Ustman bin Affan adalah seorang ahli property, pedagang dan ekonom. Beliau diangkat sebagai Khalifah oleh Majelis Syuro ketika itu. Bakat kepemimpinannya telah terlatih karena beliau berpengalaman memimpin usaha dagang dan ternak. Beliau juga seorang pengusaha besar waktu itu. Meskipun kaya raya, beliau hidup sangat sederhana dan dermawan, sehingga beliau dijuluki Bapak Zuhud.
Pada masa Khalifah Abu Bakar berkuasa, Kota Madinah dilanda kekeringan dan diambang bencana. Orang-orang mengadukannya kepada Khalifah. Jawaban Abu Bakar Ra, “Pergilah dan bersabarlah. Aku berharap sebelum tiba malam hari Allah Swt akan meringankan kesulitan kalian.”
Pada petang harinya, dari Negeri Syam ada sebuah kafilah dengan 1.000 unta mengangkut gandum, minyak dan kismis, yaitu kafilah Ustman. Tidak lama kemudian, para pedagang datang menemui Ustman dengan maksud ingin membeli barang-barang itu, tapi Ustman tidak menjuanya. Ustman berkata, “Aku menjadikan Allah sebagai saksi bahwa semua yang dibawa kafilah ini adalah sedekah karena Allah, untuk fakir miskin dari kaum muslimin.”
Saat itu juga, Ustman membagi-bagiikan seluruh makanan yang dibawa unta-untanya kepada setiap fakir dan miskin. Mereka semua mendapat bagian yang cukup untuk keperluan keluarganya masing-masing dalam jangka waktu yang lama.
Kemudian ketika menghadapi Perang Tabuk dimana kaum muslimin memerlukan pendanaan yang luar biasa, Ustman kembali menunjukkan sifat mulianya. Beliau menyumbangkan sedikitnya 900 ekor unta lengkap dengan peralatan perangnya, 100 ekor kuda perang, 200 kantong emas dan uang tunai 1.000 dirham. Sungguh jumlah yang fantastis dan membuat Rasulullah Saw kagum sehingga berujar, “Sungguh tidak ada lagi yang akan membahayakan Ustman setelah hari ini.”
Warisan kekayaannya sungguh luar biasa. Aset yang dimiliki senilai 151.000 plus 1.000 dirham. Memiliki property sepanjang ‘Aris dan Khaibar. Juga memliki beberapa sumur oasis senilai 200.000 dinar atau Rp 240 milyar. Ada pelajaran bisnis berharga, bagaimana Ustman mendapatkan kekayaan dari salah satu sumber keuangannya. Waktu itu, Kota Madinah dilanda paceklik sehingga kesulitan mendapatkan air bersih. Satu-satunya yang tersisa adalah sumur milik seorang Yahudi yang bernama sumur Raumah. Kaum muslimin dan penduduk Madinah harus antre dan membeli air bersih itu dari si Yahudi. Nabi kemudian menghimbau agar ada dari kaum muslimin yang bisa membebaskan sumur itu dan menyumbangkannya untuk ummat agar mendapatkan surga Allah Swt.
Ustman bin Affan Ra tergerak hatinya dan menemui Yahudi pemilik sumur Raumah. Ustman lalu mewakafkan sumur Raumah. Sejak itu, sumur Raumah bisa dimanfaatkan oleh siapa pun termasuk si Yahudi, pemilik lamanya.
DAFTAR PUSTAKA



Komentar

Postingan Populer