Penjara Itu bernama Asrama
“Itu tempat yang mulia, tapi kenapa aku merasakan kebencian saat disini??”
.
.
Halo semua..
Kisah sedih lahir dengan tidak mengenal tempat, baik itu tempat berbuat kebajikan apalagi tempat maksiat.
Malam itu hatiku begitu perih, dan memutuskan mengirim surat, perasaan hatiku, kU tujukan pada ustadzah kU,,
A letter for Ustadzah
Ini cerita kesedihan Nisa sebagai manusia biasa ustadzah.
Kesedihan yang ga hilang hilang sampai sekarang. Bukan berarti Nisa ga ikhlas, tapi memang setiap orang pasti punya kenangan menyedihkan dan hari hari berat.
Akhir akhir ini Nisa merasa kepribadian dasar Nisa mulai berubah. Seperti tidak segan bernada tinggi, dan kadang ga santun. Semua karna Lingkungan asrama yang cukup berpengaruh.
Hari hari berkah di aufa Nisa jalani dengan bahagia, mungkin ustadzah tidak sadar sejak kapan Nisa mulai merasa di asrama itu bagai penjara, semua berawal dari Nisa yang mendadak menjadi penjahat karna dianggap merebut sahabat sekaligus kebahagiaan orang lain . Nisa orang nya cenderung pendiam, tidak suka basa basi, tidak suka menyindir, tidak bisa membalas nada tinggi, tidak suka hal hal receh dan ga berguna. lebih memilih diam. Tapi semakin dewasa, ternyata diam itu berubah jadi penyakit hati, diam menyimpan kesedihan ternyata membuat semakin hancur. Itula kenapa Nisa mau cerita. Ini versi Nisa, jadi tentu saja sesuai dengan yang Nisa jalani.
Sejak dianggap penjahat karna merebut sahabat orang, apa Nisa ada minta indah untuk berteman dengan nisa? Sama sekali gaada. Itu pilihan dia.
Nisa dimusuhi secara tidak langsung, pembunuhan karakter, tidak dimusuhi secara terang terangan, tapi di jauhi, tidak disapa, tidak dipedulikan, dan dijadikan bahan gibahan yang Nisa dengar langsung sendiri. saat itu bahkan entah kenapa Nisa menangkap maksud ustdzah bahwa indah itu mudah terpengaruh (oleh Nisa) dan condong untuk mendukung dia kembali ke teman lamanya itu yang menunjukkan keterpurukan nya. Tapi lagi lagi ini Nisa yang menyimpulkan kepada kan secara sepihak.
Nisa juga terpuruk, tapi Cuma bisa diam sendiri dan menangis sendiri. Banyak tabayyun dilakukan, tapi semua sia sia, kami semua mulai membentuk circle teman yang berbeda drastis. Ditambah dengan kedatangan santri lama yang lebih nyaman di aufa, dan ditambah ada santri baru yang sudah tamat kuliah. Perubahan itu cukup signifikan Nisa rasakan.
Ntah kenapa keadaan makin sulit, kubu santri terbentuk secara alami. Nisa kira santri yg sudah sarjana itu mengayomi. Tapi mungkin beliau lebih ke tidak peduli. Boleh saja mengaku netral, tapi perlakuan ke Nisa kok berbedaJ. Saat itu jujur nisa iri dengan ustadzah yang bahkan lebih cair dengan santri lain. Wajar saja, Nisa juga pendiam dan membosankan. Dan memaklumi keadaan. Walau berteman dengan indah, ada hal hal yang indah gabisa pahami dan tidak Nisa ceritakan.
Singkat cerita, Begitulah setan mengganggu pikiran Nisa, murung, sedih, gaada manusia yang mengerti, mau pindah. Mau pindah itu bukan berarti Nisa ga berusaha akrab, selama ini Nisa bertahan 2 tahun, hasilnya, hasilnya Nisa tersiksa dan membenci keadaaan. Bertahan saat itu ternyata sakit ustadzah, membunuh mental sendiri jangka panjang. Ternyata ini yang selama ini orang orang bully rasakan, sakitnya berlarut larut.
Apapun itu, semua sudah selesai dan di maafkan saja. Hari perpisahan adalah hari Nisa bebas dari penjara. Itu hari paling membahagiakan dalam hidup Nisa karna bisa keluar. Nisa bisa menata hidup baru, tapi ternyata pengalaman sedih itu mempengaruhi psikologi. Menangis tanpa sadar sudah biasa. Kalau boleh ditanya, jawabannya adalah, Nisa tidak bahagia di asrama.
Nisa senang dapat nasihat dari ustadzah, mungkin Nisa kurang ibadah dsb. Tapi kali ini Nisa mau cerita sebagai santri ustadzah, dan Nisa bukan mencari solusi atau terus menyalahkan dendam masa lalu. Nisa gaada maksud gibah, semua orang yang bersangkutan pun mungkin lebih baik disisi Allah daripada Nisa. Beginilah tanggapan Nisa tentang keadaan jikalau nisa boleh egois. Nisa Cuma mau ustdzah baca, dan dengar, ini selama ini lo, ini diamnya Nisa, yang gabisa Nisa expresikan selama 2 tahun. Mungkin Bolehlah ustadzah anggap ini seperti buku kisah perjalanan hidup. Kalau ditanya Orang lain, nisa jawab , ustadzah adalah hadiah yang Allah kirimkan ke nisa. Nisa minta maaf kalau terkesan tidak mencerminkan akhlak penghafal Quran yaitu sabar dan syukur. Semoga kita semua diampuni dan dirahmati Allah ‘Azza wajalla.
The End
Komentar
Posting Komentar